PERILAKU TERRITORIAL
KELELAWAR DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
Oleh:
NOOR IKA HANDAYANI
Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unlam
NOOR IKA HANDAYANI
Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unlam
ABSTRAK
Universitas
Lambung Mangkurat merupakan salah satu universitas yang terkemuka dan tertua di
Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin. Universitas ini terbagi menjadi 3
lokasi yang berbeda, yakni di Banjarbaru dan Banjarmasin (Jalan Veteran dan
Jalan Hasan Basri). Kampus utama dari universitas ini terletak di Jalan Hasan
Basri. Di dalam kampus utama terdapat banyak keanekargaman hayati seperti flora
dan fauna, salah satunya adalah kelelawar. Berbagai jenis kelelawar dapat
ditemukan di lokasi. Penelitian ini
dilakukan dengan metode observasi, deskriptif dan kepustakaan yaitu dengan cara
mengamati gerak-gerik kelelawar yang terdapat di lingkungan universitas
khususnya di titik sekitar Pascasarjana karena di kawasan ini banyak terdapat
pohon-pohon tinggi dengan ranting yang cukup banyak, untuk menggali berbagai macam
informasi langsung di lapangan yakni mengamati perilaku kelelawar khususnya
dalam perilaku territorial kemudian dibandingkan dengan pustaka. Berdasarkan
pengamatan, perilaku territorial kelelawar adalah dengan terbang berputar-putar
mengelilingi wilayahnya. Hal ini dilakukan kelelawar untuk menandakan wilayah
kekuasaannya atau territorial.
Kata
kunci :
Perilaku Territorial, Penguasaan Wilayah, Kelelawar, ULM
PENDAHULAN
Universitas Lambung Mangkurat merupakan salah satu
tempat dimana banyak keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna. Terdapat
berbagai tumbuhan dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi seperti rerumputan
dan pepohonan yang mendukung adanya berbagai macam fauna. Salah satu
diantaranya adalah kelelawar.
Kelelawar adalah mamalia dari ordo
Chiroptera dengan dua sub ordo yang dibedakan atas jenis pakannya. Ordo
Chiroptera memiliki 18 famili, 188 genus, dan 970 spesies yang terbagi dalam
sub ordo Megachiroptera dan Microchiroptera. Kelelawar pemakan buah atau
Megachiroptera terdiri atas satu famili, yakni Pteropodidae, yang mencakup 41
genus dan 163 spesies, sedangkan Microchiroptera atau kelelawar pemakan
serangga memiliki keanekaragaman yang besar dengan 17 famili, 147 genus, dan
814 spesies (Corbet and Hill, 1992).
Jenis kelelawar yang telah diketahui di
Indonesia sekitar 205 spesies, yang terbagi di dalam 9 famili dan 52 genus.
Kesembilan famili tersebut adalah Pteropodiae, Megadermatidae, Nycteridae,
Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae, Embllonuridae, Rhinopomatidae,
dan Molossidae (Suyanto, 2001).
Kelelawar adalah satu-satunya mamalia
yang dapat terbang. Chiroptera berarti memiliki “sayap tangan” karena kaki
depannya termodifikasi sebagai sayap. Perbedaan nyata antara sayap burung dan
sayap kelelawar adalah pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya
tidak berbulu yang terbuat dari membrane elastis berotot. Sayap ini dinamakan
patagium, yang membentang dari tubuh sampai jari kaki depan, kaki belakang dan
ekor (Medway, 1978).
Pada kelelawar betina patagium berfungsi
untuk memegang anaknya yang baru dilahirkan dengan posisi kepala di bawah.
Selain untuk terbang, sayap kelelawar berfungsi untuk menyelimuti tubuhnya
ketika bergantung terbalik (Standbury, 1970). Ukuran tubuh dari jenis-jenis
Megachiroptera relatif besar, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa
tragus, jari kedua kaki depan bercakar, dan mata berkembang dengan baik. Cakar
yang terdapat pada kedua kaki depan ini merupakan adaptasi dari jenis pakan
yang berupa berbagai jenis buah-buahan (Feldhamer, 1999).
Terdapat berbagai macam jenis kelelawar
yang terdapat di Universitas Lambung Mangkurat. Hal ini dikarenakan dalam
kawasan Universitas Lambung Mangkurat terdapat sumber makanan
yang mendukung adanya keberadaan kelelawar. Adapun jenis kelelawar tertentu
menguasai suatu tempat atau territorial dimana makanannya berada. Berdasarkan
uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jelas perilaku
territorial kelelawar.
METODE
PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam artikel
ini adalah metode observasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan
melalui suatu pengamatan dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan
atau perilaku obyek sasaran (Fathoni, 2006). Selain itu juga menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti yang dimaksudkan untuk
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu gejala atau keadaan tetapi tidak
dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Serta menggunakan metode kepustakaan
dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan pustaka-pustaka yang sesuai
dengan penelitian.
HASIL
Dari
hasil penjelajahan yang dilakukan dilokasi penelitian, setiap praktikan
mempunyai tugas untuk mengamati perilaku
kelelawar yang dideskripsikan di dalam tabel
pengamatan dan mendokumentasikan kelelawar tersebut, setelah pengamatan maka dilakukan pencocokkan
hasil pengamatan dengan pustaka-pustaka yang ada. Di bawah ini merupakan tabel pengamatan
kelelawar khusus untuk perilaku territorial.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Perilaku Territorial Kelelawar
Waktu
|
Aktivitas/ Perilaku
|
Hasil Pengamatan
|
Foto Pengamatan
|
Berdasarkan
Literatur
|
02.30
|
Perilaku
teritorial atau penguasaan atau pergerakan (territorial)
|
Bentuk
gerakan datang :
Kelelawar
terbang dengan cara mengelilingi atau berputar-putar di sekitar pohon.
|
(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016)
|
(Sumber : Anonim A. 2016)
|
Gerakan
di sekitar makanan :
Kelelawar
terbang sambil mengamati makanan lalu mendekati makanan.
|
||||
Waktu
di sekitar makanan :
± 1
menit
|
||||
Gerakan
meninggalkan makanan :
Kelelawar
terbang dengan cepat sambil membawa makanan.
|
||||
Perlakuan
lain :
Kelelawar
tidak memperlihatkan perilaku lain karena kelelawar hanya terlihat fokus pada
makanan yang dicari.
|
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk gerakan datang kelelawar adalah
dengan terbang mengelilingi atau berputar-putar di sekitar pohon. Gerakan
kelelawar di sekitar makanan adalah dengan terbang sambil mengamati makanan
lalu mendekati makanan. Waktu kelelawar berada di sekitar makanan ± 1 menit.
Gerakan kelelawar meninggalkan makanan adalah dengan terbang cepat sambil
membawa makanan. Perilaku lain yang dilakukan kelelawar tidak ada, sebab
kelelawar hanya terlihat fokus pada makanan yang dicari.
Perilaku
kelelawar dengan melakukan gerakan terbang berputar-putar mengelilingi
wilayahnya sambil mengamati makanan inilah yang disebut sebagai perilaku
territorial. Hal ini dilakukan kelelawar untuk menandakan wilayah kekuasaannya
atau territorial.
Berdasarkan
literatur, kelelawar hanya membutuhkan waktu singkat untuk mendeteksi, mengunci
dan menangkap mangsa selincah apapun. Proses perburuan serangga, dari mengenali
hingga menangkapnya, umumnya membutuhkan waktu kurang dari satu detik bahkan di
kegelapan sekalipun.
Kelelawar
mengeluarkan pulsa gelombang ultrasonik dengan frekuensi sekitar 40-50 kHz.
Bentuk telinga kelelawar yang seperti corong berfungsi sebagai penerima
gelombang ultrasonik yang dibalikkan seperti cara kerja alat radar penerima.
Frekuensi ultrasonik akan ditinggikan oleh kelelawar apabila hendak menangkap
mangsa secara memintas. Denyut ultrasonik yang dipancarkan
oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya. Fenomena ini seperti
gema dimana bunyi dipantulkan apabila tiba di satu media. Pulsa ini kemudian
dianalisis oleh sistem otak kelelawar yang agak kompleks untuk menginterpretasi
dan mengetahui posisi mangsanya atau objek lain yang akan diterkam. Untuk
menangkap mangsanya kelelawar mengeluarkan bunyi sebanyak 10 bunyi perdetik.
Bila bunyi ini mengenai mangsanya, bunyi ini akan memantul lebih dari 25 bunyi
perdetik. Setelah mengetahui ada mangsanya kelelawar mulai melakukan perburuan.
Untuk memburu mangsanya, kelelawar mengeluarkan 200 bunyi perdetik, dengan
memanfaatkan pantulan bunyi ini kelelawar dapat menentukan dimana posisi
mangsanya dan makanan pun siap disantap.(Nugroho, 2015)
Kelelawar
menggunakan kantung jaringan (web-pocket) yang terletak di bagian ekor dan
dengan bantuan sayapnya untuk memerangkap mangsanya. Lingkungan dengan tingkat
kebisingan tinggi tidak akan melemahkan sistem radar yang ada pada kelelawar
tetapi jika rekaman gelombang bunyi dirinya sendiri maka akan berpengaruh
kepada kemampuan kelelawar untuk menganalisis pantulan denyut pulsa yang
diterimanya. Rekaman gelombang bunyi tersebut sebenarnya telah mewujudkan
tingkat kebisingan yang hampir sama dan menyerupai gelombang ultrasonik
(Nugroho, 2015)
KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan, diketahui bahwa perilaku territorial kelelawar adalah melakukan
gerakan dengan terbang berputar-putar di sekitar daerah kekuasaanya. Kelelawar
terbang sambil mengintai makanan dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang
dipantulkan. Maka dari itu, kelelawar sangat cepat dalam berburu makanan dan
mengetahui apabila ada musuh disekitarnya.
SARAN
Untuk melakukan
pengamatan selanjutnya lebih baik untuk menggunakan alat yang memadai seperti
teropong dan kamera lapangan dengan telezoom agar memudahkan dalam proses
pengamatan. Selain itu juga, penting menjaga kelestarian kelelawar sebagai
salah satu keanekaragaman fauna di Indonesia khususnya di wilayah Kalimantan
Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2016. http://2.bp.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 01 April 2016.
Corbet,
G.B and J.E Hill. 1992. The Mammals of
the Indomalayan Region : A Systematic Review. Oxford : Oxford University
Press.
Dokumentasi
Pribadi. 2016. (Difoto pada tanggal 13 Maret 2016).
Fathoni, A.
2006. Metodologi Penelitian dan Teknik
Penyusunan Skripsi. PT Asdi Mahasatya : Jakarta.
Feldhamer
GA, CD Lee, HV Stephe and FM Joseph. 1999. Mammalogy
: Adaption, Diversity and Ecology. New York : McGraw Hill.
Medway,
L. 1978. The Wild Mammals of Malaya
(Peninsular Malaysia) and Singapore, 2nd edition. Oxford
University Press, Kuala Lumpur, Malaysia, 128 pp.
Nugroho, Padama dkk.
2015. Jenis-jenis Kelelawar. Jawa
Barat : World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia.
Standbury,
P. 1970. Looking at Mammals. Sydney :
Angus and Robertson.
Suyanto, A dkk. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi : LIPI. Bogor.