Pages

Rabu, 25 Mei 2016

PERILAKU TERRITORIAL KELELAWAR DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN



PERILAKU TERRITORIAL KELELAWAR DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

Oleh:
NOOR IKA HANDAYANI
Program
Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unlam

ABSTRAK
Universitas Lambung Mangkurat merupakan salah satu universitas yang terkemuka dan tertua di Kalimantan Selatan khususnya Banjarmasin. Universitas ini terbagi menjadi 3 lokasi yang berbeda, yakni di Banjarbaru dan Banjarmasin (Jalan Veteran dan Jalan Hasan Basri). Kampus utama dari universitas ini terletak di Jalan Hasan Basri. Di dalam kampus utama terdapat banyak keanekargaman hayati seperti flora dan fauna, salah satunya adalah kelelawar. Berbagai jenis kelelawar dapat ditemukan di lokasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, deskriptif dan kepustakaan yaitu dengan cara mengamati gerak-gerik kelelawar yang terdapat di lingkungan universitas khususnya di titik sekitar Pascasarjana karena di kawasan ini banyak terdapat pohon-pohon tinggi dengan ranting yang cukup banyak, untuk menggali berbagai macam informasi langsung di lapangan yakni mengamati perilaku kelelawar khususnya dalam perilaku territorial kemudian dibandingkan dengan pustaka. Berdasarkan pengamatan, perilaku territorial kelelawar adalah dengan terbang berputar-putar mengelilingi wilayahnya. Hal ini dilakukan kelelawar untuk menandakan wilayah kekuasaannya atau territorial.
Kata kunci : Perilaku Territorial, Penguasaan Wilayah, Kelelawar, ULM
Alamat korespondensi : Telp.08971774905, Email : noorika200596@gmail.com

PENDAHULAN  
         Universitas Lambung Mangkurat merupakan salah satu tempat dimana banyak keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna. Terdapat berbagai tumbuhan dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi seperti rerumputan dan pepohonan yang mendukung adanya berbagai macam fauna. Salah satu diantaranya adalah kelelawar.
Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang dibedakan atas jenis pakannya. Ordo Chiroptera memiliki 18 famili, 188 genus, dan 970 spesies yang terbagi dalam sub ordo Megachiroptera dan Microchiroptera. Kelelawar pemakan buah atau Megachiroptera terdiri atas satu famili, yakni Pteropodidae, yang mencakup 41 genus dan 163 spesies, sedangkan Microchiroptera atau kelelawar pemakan serangga memiliki keanekaragaman yang besar dengan 17 famili, 147 genus, dan 814 spesies (Corbet and Hill, 1992).
Jenis kelelawar yang telah diketahui di Indonesia sekitar 205 spesies, yang terbagi di dalam 9 famili dan 52 genus. Kesembilan famili tersebut adalah Pteropodiae, Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae, Embllonuridae, Rhinopomatidae, dan Molossidae (Suyanto, 2001).
Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang dapat terbang. Chiroptera berarti memiliki “sayap tangan” karena kaki depannya termodifikasi sebagai sayap. Perbedaan nyata antara sayap burung dan sayap kelelawar adalah pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya tidak berbulu yang terbuat dari membrane elastis berotot. Sayap ini dinamakan patagium, yang membentang dari tubuh sampai jari kaki depan, kaki belakang dan ekor (Medway, 1978).
Pada kelelawar betina patagium berfungsi untuk memegang anaknya yang baru dilahirkan dengan posisi kepala di bawah. Selain untuk terbang, sayap kelelawar berfungsi untuk menyelimuti tubuhnya ketika bergantung terbalik (Standbury, 1970). Ukuran tubuh dari jenis-jenis Megachiroptera relatif besar, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar, dan mata berkembang dengan baik. Cakar yang terdapat pada kedua kaki depan ini merupakan adaptasi dari jenis pakan yang berupa berbagai jenis buah-buahan (Feldhamer, 1999).
Terdapat berbagai macam jenis kelelawar yang terdapat di Universitas Lambung Mangkurat. Hal ini dikarenakan dalam kawasan Universitas Lambung Mangkurat terdapat sumber makanan yang mendukung adanya keberadaan kelelawar. Adapun jenis kelelawar tertentu menguasai suatu tempat atau territorial dimana makanannya berada. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jelas perilaku territorial kelelawar.

METODE PENELITIAN
       Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode observasi, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran (Fathoni, 2006). Selain itu juga menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti yang dimaksudkan untuk menggambarkan “apa adanya” tentang suatu gejala atau keadaan tetapi tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis. Serta menggunakan metode kepustakaan dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan pustaka-pustaka yang sesuai dengan penelitian.

HASIL 
Dari hasil penjelajahan yang dilakukan dilokasi penelitian, setiap praktikan mempunyai tugas untuk mengamati perilaku kelelawar yang dideskripsikan di dalam tabel pengamatan dan mendokumentasikan kelelawar tersebut, setelah pengamatan maka dilakukan pencocokkan hasil pengamatan dengan pustaka-pustaka yang ada. Di bawah ini merupakan tabel pengamatan kelelawar khusus untuk perilaku territorial.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Perilaku Territorial Kelelawar

Waktu
Aktivitas/ Perilaku
Hasil Pengamatan
Foto Pengamatan
Berdasarkan Literatur
02.30
Perilaku teritorial atau penguasaan atau pergerakan (territorial)
Bentuk gerakan datang :
Kelelawar terbang dengan cara mengelilingi atau berputar-putar di sekitar pohon.

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016)

(Sumber : Anonim A. 2016)
Gerakan di sekitar makanan :
Kelelawar terbang sambil mengamati makanan lalu mendekati makanan.
Waktu di sekitar makanan :
± 1 menit
Gerakan meninggalkan makanan :
Kelelawar terbang dengan cepat sambil membawa makanan.
Perlakuan lain :
Kelelawar tidak memperlihatkan perilaku lain karena kelelawar hanya terlihat fokus pada makanan yang dicari.

PEMBAHASAN
 Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk gerakan datang kelelawar adalah dengan terbang mengelilingi atau berputar-putar di sekitar pohon. Gerakan kelelawar di sekitar makanan adalah dengan terbang sambil mengamati makanan lalu mendekati makanan. Waktu kelelawar berada di sekitar makanan ± 1 menit. Gerakan kelelawar meninggalkan makanan adalah dengan terbang cepat sambil membawa makanan. Perilaku lain yang dilakukan kelelawar tidak ada, sebab kelelawar hanya terlihat fokus pada makanan yang dicari.
Perilaku kelelawar dengan melakukan gerakan terbang berputar-putar mengelilingi wilayahnya sambil mengamati makanan inilah yang disebut sebagai perilaku territorial. Hal ini dilakukan kelelawar untuk menandakan wilayah kekuasaannya atau territorial.
Berdasarkan literatur, kelelawar hanya membutuhkan waktu singkat untuk mendeteksi, mengunci dan menangkap mangsa selincah apapun. Proses perburuan serangga, dari mengenali hingga menangkapnya, umumnya membutuhkan waktu kurang dari satu detik bahkan di kegelapan sekalipun.
Kelelawar mengeluarkan pulsa gelombang ultrasonik dengan frekuensi sekitar 40-50 kHz. Bentuk telinga kelelawar yang seperti corong berfungsi sebagai penerima gelombang ultrasonik yang dibalikkan seperti cara kerja alat radar penerima. Frekuensi ultrasonik akan ditinggikan oleh kelelawar apabila hendak menangkap mangsa secara memintas. Denyut ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar akan dipantulkan apabila terkena mangsanya. Fenomena ini seperti gema dimana bunyi dipantulkan apabila tiba di satu media. Pulsa ini kemudian dianalisis oleh sistem otak kelelawar yang agak kompleks untuk menginterpretasi dan mengetahui posisi mangsanya atau objek lain yang akan diterkam. Untuk menangkap mangsanya kelelawar mengeluarkan bunyi sebanyak 10 bunyi perdetik. Bila bunyi ini mengenai mangsanya, bunyi ini akan memantul lebih dari 25 bunyi perdetik. Setelah mengetahui ada mangsanya kelelawar mulai melakukan perburuan. Untuk memburu mangsanya, kelelawar mengeluarkan 200 bunyi perdetik, dengan memanfaatkan pantulan bunyi ini kelelawar dapat menentukan dimana posisi mangsanya dan makanan pun siap disantap.(Nugroho, 2015)
Kelelawar menggunakan kantung jaringan (web-pocket) yang terletak di bagian ekor dan dengan bantuan sayapnya untuk memerangkap mangsanya. Lingkungan dengan tingkat kebisingan tinggi tidak akan melemahkan sistem radar yang ada pada kelelawar tetapi jika rekaman gelombang bunyi dirinya sendiri maka akan berpengaruh kepada kemampuan kelelawar untuk menganalisis pantulan denyut pulsa yang diterimanya. Rekaman gelombang bunyi tersebut sebenarnya telah mewujudkan tingkat kebisingan yang hampir sama dan menyerupai gelombang ultrasonik (Nugroho, 2015)
             
            KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa perilaku territorial kelelawar adalah melakukan gerakan dengan terbang berputar-putar di sekitar daerah kekuasaanya. Kelelawar terbang sambil mengintai makanan dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang dipantulkan. Maka dari itu, kelelawar sangat cepat dalam berburu makanan dan mengetahui apabila ada musuh disekitarnya.

SARAN
Untuk melakukan pengamatan selanjutnya lebih baik untuk menggunakan alat yang memadai seperti teropong dan kamera lapangan dengan telezoom agar memudahkan dalam proses pengamatan. Selain itu juga, penting menjaga kelestarian kelelawar sebagai salah satu keanekaragaman fauna di Indonesia khususnya di wilayah Kalimantan Selatan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2016. http://2.bp.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 01 April 2016.

Corbet, G.B and J.E Hill. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region : A Systematic Review. Oxford : Oxford University Press.

Dokumentasi Pribadi. 2016. (Difoto pada tanggal 13 Maret 2016).

Fathoni, A. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. PT Asdi Mahasatya : Jakarta.

Feldhamer GA, CD Lee, HV Stephe and FM Joseph. 1999. Mammalogy : Adaption, Diversity and Ecology. New York : McGraw Hill.

Medway, L. 1978. The Wild Mammals of Malaya (Peninsular Malaysia) and Singapore, 2nd edition. Oxford University Press, Kuala Lumpur, Malaysia, 128 pp.

Nugroho, Padama dkk. 2015. Jenis-jenis Kelelawar. Jawa Barat : World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia.

Standbury, P. 1970. Looking at Mammals. Sydney : Angus and Robertson.

Suyanto, A dkk. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi : LIPI. Bogor.